Setelah sukses dengan pameran Biennale 2 taun lalu yang menggandeng beberapa seniman dari Brazil, tahun ini Biennale kembali menyelenggarakan pameran mengajak seniman negara-negara di Asia Tenggara. Sejak 2011, Biennale sudah mempunyai tema besar yaitu Equator yaitu sebuah pameran melibatkan seniman dari negara-negara yang dilewati garis equator, antara lain India (2011), Arab (2013), Nigeria (2015), dan Brazil (2017).

Pada tahun ini, tema khusus yang diambil adalah “Berangkat dari Pinggiran”. Pinggiran yang dimaksud oleh Arham Rahman, kurator Biennale XV ini, bukan saja tentang wilayah geografis meliputi daerah-daerah sekitar equator, namun juga mengenai hal-hal yang bersifat antagonistik atau dapat diartikan hal-hal yang menentang arus utama.

Selain Arham Rahman, kurator yang terlibat dalam pameran ini antara lain Akiq AW (seorang seniman fotografi dari Yogyakarta), dan Penwadee Nopaket Manont (kurator dari Thailand). Alia Swastika, Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta mengemukakan bahwa pada pameran Biennale XV nanti akan lebih mengeksplor tentang religi atau kepercayaan. Dengan partisipasi seniman dari Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia, diharapkan pameran ini mempunyai ragam dan keunikan budaya yang menarik, namun tetap dalam nuansa Asia Tenggara. Lebih lanjut Alia ingin pada akhir perjalanan pameran Equator 2021 mendatang, akan mendokumentasikan segala jurnal perjalanan selama 10 tahun itu dalam sebuah buku yang dapat digunakan mendatang.

Akiq AW mengatakan bahwa akan ada residensi seniman, yaitu mengajak para seniman untuk tinggal dan berkarya di tempat yang berbeda budaya dengan budaya asalnya. Lebih lanjut Akiq yakin bahwa residensi ini akan membawa aroma baru dan kesegaran bagi seniman yang terlibat sehingga diharapkan dapat mengembangkan ide dalam pembuatan karyanya. Pameran ini akan berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta dan Jogja Nasional Museum pada tanggal 20 Oktober 2019 hingga 30 November 2019.